Label

Minggu, 30 Maret 2008

1 Tamparan Untuk 3 Pertanyaan

1 tamparan untuk 3 pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, kiyai atau siapa saja yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang kiyai.

Pemuda : Anda siapa Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanya an saya?
Kiyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda.

Pemuda: Anda yakin? Sedangkan Profesor dan ramai orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kiyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.

Pemuda : Saya ada 3 pertanyaan:
1.Kalau memang Tuhan itu ada,tunjukan wujud Tuhan kepada saya
2.Apakah yang dinamakan takdir
3.Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba kyai tersebut menampar pipi pemuda tadi dengan keras.

Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya?
Kiyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.

Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit.
Kiyai : Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?

Pemuda : Ya!
Kiyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu!

Pemuda : Saya tidak bisa.
Kiyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama...kita semua merasakan
kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kiyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda : Tidak.

Kiyai : Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima tamparan darisaya hari ini?
Pemuda : Tidak.

Kiyai : Itulah yang dinamakan takdir.

Kiyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?
Pemuda : Kulit.

Kiyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda : Kulit.

Kiyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda: Sakit.

Kiyai : Walaupun syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaitan.

by Endro Wibowo, S.Pd

Kentrung Sakgaduke

Kentrung Sakgaduke

  • Oleh Achiar M Permana

Gabah gabuk jenenge kawur lemah jugrug jenenge longsor bapak pejabat sing lagi lungguh ndhuwur ya aja lali karo sing ning ngisor. JANGAN penonton seketika bertepuk ketika Ki Jaswadi menyelesaikan parikan, pantun berbahasa Jawa, itu. Pantun sindiran bagi para pejabat yang acap melupakan rakyat itu seperti mewakili pikiran dan perasaan penonton.

Siapa Ki Jaswadi? Sebagai dalang kentrung, boleh jadi dia belum semoncer mendiang Pak Tris (Sutrisno-Red), pengentrung asal Sendanggayam, Banjarejo, Blora, atau seniman kentrung senior lain. Namun tekadnya menghidup-hidupkan, ngurip-uripi, dan tak sekadar nguri-uri seni tutur kentrung tak perlu disangsikan.

Minggu (27/8) malam, dalang kentrung asal Pekalongan, Winong, Pati, itu tampil pada Forum Sapa Aruh Seni #2 sekaligus sebagai rangkaian ritual pupak puser. Kentrung ''pakeliran padat'' di Griya Sekar Gading C-12, Kalisegoro, Gunungpati, Semarang, itu memperoleh sambutan cukup antusias dari penonton. Ketika itu, Ki Jaswadi dibantu Sudadi sebagai panjak memainkan lakon Umarmaya-Umarmadi.

Pementasan kentrung, yang terbilang langka itu, memperoleh perhatian berbagai kalangan. Hadir antara lain Endo Suanda, peneliti kebudayaan dari Ford Foundation, guru besar Unnes Prof Dr M Jazuli MHum yang juga koordinator Forum Sapa Aruh Seni, seniman Lawu Warta, sutradara teater Catur Widya Pragolapati, penyair Wage Tegoeh Wijono, serta lebih dari 80-an pencinta seni tradisi dari berbagai daerah.

Di tengah pementasan, dibuka forum diskusi yang mengupas eksistensi seni kentrung di tengah pusaran zaman. Pembicara Drs Eko Raharjo MHum dan Sucipto Hadi Purnomo. Eko adalah dosen Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes yang meneliti musik kentrung sebagai tesis S2 Seni Pertunjukan UGM. Sucipto adalah peneliti tradisi lisan kidungan bayi, pengarang cerita bersambung Saridin Mokong di Suara Merdeka edisi Suara Muria.

Sebagai pentas pembuka, remaja dari Komunitas Marung Seni Gebyog berkolaborasi dengan Teater SS Unnes memainkan sandiwara berbahasa Jawa Kandheg. Lakon karya Catur Widya Pragolapati itu berkisah tentang kematian dongeng.

Tradisi Lisan

Kentrung merupakan salah satu jenis seni tutur atau tradisi lisan yang berkembang di berbagai wilayah di Jawa. Lazimnya, kentrung dimainkan seorang dalang, didukung peranti tabuh seperti kendang, rebana, ketipung, atau jidor. Pada zaman keemasannya, dekade 1970-1980-an, kentrung acap ditanggap untuk menyemarakkan hajatan pupak puser (puputan), selapanan bayi, mudhun lemah, atau khitanan. Namun, belakangan kentung seperti memasuki senjakala.

Ki Jaswadi mengakui belum lama menggeluti seni kentrung. Dia lebih dulu menerjuni seni ketoprak atau niyaga pementasan wayang kulit. Sejak 1976, dia bergabung dalam Ketoprak Kembangjoyo Kodim 0718 Pati. Sekarang, dia kerap manjaki dalang Ki Budiyono atau main ketoprak bersama Mudho Budoyo, Jakenan, Pati.

''Setahun-dua tahun terakhir, atas dorongan teman-teman Dewan Kesenian Pati (DKP), saya serius mendalami kentrung,'' ujar dia.

Dia menuturkan awalnya kesulitan ''merekonstruksi'' kentrung. Sebab, pengentrung senior telah dipanggil Yang Mahakuasa. Mereka nyaris tak meninggalkan dokumentasi atau catatan yang menunjukkan pakem kentrung.

Dia pun mengandalkan ingatan pada pertunjukan kentrung yang acap dimainkan di kampung waktu kecil. Dulu, kentrung sering dimainkan untuk leklekan, saat ada orang jagong bayi atau punya kerja.

Dia berharap kentrung sebagai salah satu kekayaan budaya masyarakat tak pernah hilang. Hal itu amat bergantung pada ada atau tidak seniman yang melestarikan serta dukungan masyarakat penonton sebagai pemilik sah kesenian tersebut. ''Dhasare niku pengin nguri-uri. Eman-eman menawi kentrung ical. Dados, nggih ngentrung sakgaduk-gaduk kula.'' (53)

Grobakart Soft Launching @ Trotoar Atmodirono, Semarang

KOMUNITAS SENI SEMARANG
HYSTERIA

GROBAKART sebuah produk dalam project art. Dengan pemanfaatan ruang sesederhana mungkin dan dengan semangat setinggi mungkin. Mengembalikan seni ke trotoarnya, dengan merespon sebuah angkringan grobak atau di Semarang lebih dikenal sebagai sego kucingan. Mampukah grobak sego kucing yang ada ditrotoar [public space] itu, merubah identitasnya sebagai art space? Dan mampukah anak muda menggerakkan tangan ajaibnya dalam public space tersebut?

SAKSIKAN SENIRUPA SEMARANG DARURAT#1
Performance Art - Fashion Art - Drawing - Komik - Musik - Baca Puisi

PENGISI ACARA:
HYSTERIA [PROPAGANDA]
SANGKUR TIMUR [TEATER]
TEATER EMKA [TEATER]
ANJING GLADAK [MUSIC]
SAWO KECIK [PERFORMANCE ART]
BYAR CREATIVE INDUSTRY [VISUAL ART]
catdog COMMUNITART [VISUAL ART]
BALIK KANAN [VISUAL ART]
SETO CS [KRONCONG]
ORENJICHUU [FASHION ART]

Nikmati fenomena-fenomena yang bakal terjadi. Tentunya sambil menikmati
jajanan angkring kucingan yang tersedia, jangan lupa bayar yee….

SOFTLAUNNCHING
Kamis
30 Agustus 2007
19.00 Sampe Selesai
Trotoar Jalan Raya Atmodirono (Utara BPLP)
Semarang

CONTACT: ADIN 024.70375676
RIDHO 081326760777
ruparidho@yahoo.co.id


ADI [ TEATER KUNCUP MEKAR]

ADI [ TEATER KUNCUP MEKAR]
[UNBOUND ZINE VOL. 4, MARET 2007]

Sepertinya introduksi panjang lebar untuk interview session ini nggak perlu dilakukan, karena kalian bisa menemukannya di jawaban-jawaban wawancara dibawah. Sedikit prolog, berkaitan figur yang cukup dekat dengan anak-anak underground Kudus ini, Adi Pardianto. Adalah salah satu manusia muda dinamis yang memiliki cita rasa seni tinggi dalam memandang hidup, Periang, berpikiran terbuka, cinta dunia teater, sampai rela meninggalkan pekerjaan yang udah mapan di sebuah supermarket terkenal di Kudus. Melalui kelompok teaternya Kuncup Mekar, turut andil dalam menyemarakan scene teater Kudus dan sekitarnya. Saat ini Adi sedang magang di Teater Koma, Jakarta.

Bisa deskripsikan kelompok aktifitas kamu di teater Kuncup Mekar ini juga historinya, apakah ini hanya aktifitas teater atau ada aktifitas yang lain, posisi kamu disini sebagai apa?
Teater Kuncup berdiri pada 15 Januari 1991. Tepatnya di Desa Gondosari. Kecamatan Gebog. Kabupaten Kudus. Salah seorang pendiri adalah bapak Arya Gunawan, yang sampai saat ini masih tetap dikenal sebagai aktifis Teater. Saat itu Teater Kuncup Mekar banyak melakukan aktifitas pentas di kecamatan, mengadakan kemah bakti teater,dan latihan rutin, workshop serta membangun jaringan kerja seni dengan berbagai komunitas seni lain di Kudus.
Teater Kuncup Mekar semakin maju dengan bergabungnya Leo Katarsis, Ayk Ptaenggaeng, dan Cak Pete. Mereka sebelumnya adalah aktifis teater di Jakarta. Mereka bertiga banyak memperkenalkan penggarapan artistik yang lebih indah antara lain sistem pencahayaan dengan dimer dan filter warna, kostum dan make up, juga komponen artistik lain. Bisa dikatakan bahwa mereka melakukan penyegaran dalam sistem artistik pertunjukan teater di Kudus.
Sekitar tahun 1997, aku mulai tertarik untuk bergabung dalam komunitas tersebut. Sebelumnya aku sempat aktif di Teater Mekar Kusuma, sebuah komunitas teater di sekolah, yaitu SMEA N I Kudus. Pembinanya adalah U?uk AS.
Setelah beberapa waktu aku bergabung dalam Komunitas Teater Kuncup Mekar, komunitas ini mengalami masalah. Banyak anggota yang mulai tidak bisa total aktif dalam kelompok. Hal ini karena banyak yang disibukkan dengan aktifitas lain seperti kuliah, maupun berkeluarga. Karenanya sempat mengalami vakum beberapa bulan. Sekitar tahun 1999, pak Arya dan mas Leo datang ke rumahku, dan pada malam itu mereka menyerahkan Teater kuncup Mekar untuk aku pimpin. Mereka mengatakan terserah akan aku apakan dan akan aku bawa kemana kelompok ini. Tidak seperti biasa dalam pemilihan ketua Teater Kuncup Mekar, selama ini pemilihan ketua selalu dilakukan dengan rapat anggota. Saat itu aku merasa terkejut dan belum siap. Sebenarnya masih ada beberapa orang yang lain, dan mereka juga tercatat sebagai anggota yang lebih lama dari aku, sedangkan aku sebenarnya bukanlah orang yang menonjol dari sekian orang itu. Entah kenapa mereka memilih aku. Dan entah kenapa juga aku menjawab bersedia. Mungkin aku merasa begitu mencin%@!#$& kelompok ini sehingga aku harus ikut bertanggung jawab atas kelangsungannya. Sejak saat itu aku mulai memimpin aktifitas Teater Kuncup Mekar.

Apakah kalian memainkan cerita naskah asli kalian sendiri atau mungkin naskah orang lain? tolong sebutkan lakon apa aja yang pernah kalian mainkan, tempat mana aja yang udah dijelajahi dan yang paling berkesan?
Sudah banyak karya yang tercatat dimainkan oleh teater Kuncup Mekar, antara lain karya B. Sularto, Ikranegara, W.S. Rendra, Arifin C Noor, Adjie. Teater Kuncup Mekar lebih banyak menggarap lakon karya anggota sendiri. Nama yang tercatat pernah naskahnya digarap adalah Arya Gunawan, Leo Katarsis, Cak Pete, Ayk Ptaenggaeng, Bayoung Wewe, dan Yesudhas.
Teater Kuncup Mekar sudah banyak singgah di berbagai kota di Jawa Tengah, Pati, Jepara, Demak, Semarang, solo, Kendal, Tegal, selain pentas di kantong-kantong budaya juga di beberapa kampus antara lain UMK, S%@!#$&N Kudus, UNNES, IAIN Semarang, UNS. Terakhir pentas di Jakarta kerjasama dengan teater Djarum. Kami menggarap pertunjukan dan artistiknya. Kalau disebutkan satu persatu tentu membutuhkan lembar lain terpisah. Ada satu lakon yang kadang kami pentaskan keliling dari kota ke kota.
Semua lakon tentu punya kesan sendiri-sendiri, karena eksplorasi serta efek yang berbeda. Semuanya menarik dan menambah pengalaman dalam kehidupan masing-masing personel. Semakin lama semakin menampakkan kemajuan. Perlu diketahui, bahwa dulu pernah juga teater Kuncup Mekar pentas dilempari botol-botol oleh penonton. Saat itu kami pentas di acara dangdut. Yah, itu adalah salah satu cara untuk memperkenalkan teater pada masyarakat. Ha ?. Ha?..

Kenapa kamu tertarik dengan dunia teater ini, menurut kamu pribadi apa sih teater itu, jujur aja aku tuh buta dunia perteateran jadi tolong kasih aku dan pembaca mengenai hal itu. Kuncup mekar sendiri term%@!#$&k jenis teater yang mana ?
Teater awalnya adalah Upacara-upacara persembahan masyarakat kepada dewa-dewa. Disana mereka membikin ritual yang akhirnya diterjemahkan adalah sebagai sebuah peristiwa Teater. Banyak buku yang sudah mengupas apa arti Teater, latar belakangnya dengan berbagai macam penjelasannya. Buku ?Menyentuh Teater? karya N. Riantiarno dan ?Tentang Bermain Drama? karya W.S Rendra, ada juga ?Bermain Drama Untuk Remaja? juga karya W.S. Rendra, merupakan buku yang dapat kalian baca untuk bahan referensi. Keduanya sangat bagus dan lengkap, bisa kalian temukan di toko buku dan perpustakaan.
Teater semakin berkembang dan menjangkau berbagai macam disiplim ilmu dan teknologi. Hal tersebut menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji secara lebih mendalam dan ilmiah, sehingga banyak teori yang berkembang menyangkut teater. Ada berbagai macam jenis-jenis Teater, seperti Realis, Absourd, Surealis, Ekspresif, dan lain-lain. Semuanya dapat kalian baca dari buku tersebut beserta penjelasannya. Saya tidak usah menjelaskannya disini, sangat panjang. Lebih baik kita bicara hal-hal lain.
Aku tertarik teater karena di teater memberikan ruang dimana aku mampu bebas mengekspresikan gagasan serta ide-ide kreatif. Di teater juga aku memiliki keyakinan bahwa sebagai manusia kita dibebaskan mengeksplorasi berbagai macam pemikiran-pemikiran yang sebelumnya aku merasa sangat dibatasi, sebenarnya bukan dibatasi, tapi ada berbagai macam doktrin yang sebelumnya telah m%@!#$&k dalam jiwaku dan aku harus membongkar kembali semuanya. Pokoknya ingatlah : jika kamu ingin kedamaian, maka ?percayalah?. Tapi jika kamu ingin menemukan kebenaran, maka ?carilah?. Memang memerlukan kerja keras hingga berdarah-darah. Tapi bukankah kita harus selalu berproses menuju pada kesempurnaan.
Aku tidak pernah mengarahkan teater Kuncup Mekar pada satu jenis aliran tertentu. Aku ingin bebas mengeksplorasi semua gagasan-gagasan, juga m%@!#$&kan dari teman-teman kelompok sangat aku akomodir. Tapi, orang luar menilai karya kami adalah absourd, ada juga yang menganggap realis, ekspresif, surealis, dan sebagainya. kadang ada yang nganggap ini lelucon, main-main, dan melenceng dari aturan dramaturgi. Sering dalam satu lakon orang berbeda dalam menilai karya kami. Dan aku tidak pernah menyalahkan mereka, karena aku percaya bahwa mereka menilai dengan sudut pandang yang berbeda juga kapasitas yang tidak sama. Aku tidak membatasi diri, aku harus terus berproses.

Dulu kan pernah berkolaborasi ma anak?anak underground music movement? ada alasannya atau mungkin kesamaan visi misi mungkin? ada planning buat kolabor lagi?
Saat itu keadaan di negara kita masih berbeda dari jaman sekarang. Situasi saat itu sangat represif. Setiap ada gerakan kaum muda yang tidak sesuai dengan apa yang digariskan penguasa akan di intimidasi. Teater dan musik Underground adalah contoh dari lahan ekspresi yang sering terkena imbas intimidasi.
Di Kudus, pertunjukan-pertunjukan teater agak mendapat keleluasaan dalam penyelenggaraanya. Walaupun saat itu masih harus minta ijin Polsek, dan harus melewati beberapa interview. Tapi kesempatan untuk berekspresi di depan masyarakat umum masih cukup terbuka. Sedangkan komunitas musik Underground belum bisa leluasa untuk membuat acara. Saya tahu hal tersebut dari perbincangan dengan beberapa teman dari komunitas underground. Bahkan mereka sering sembunyi-sembunyi dalam membuat pertunjukan, itupun hanya dihadiri oleh kalangan komunitas mereka saja. Nah, dari situlah akhirnya teman-teman teater Kuncup Mekar merasa ada kesamaan nasib. Akhirnya pada ulang tahun Teater Kuncup Mekar yang ke 8, berarti tahun 1999, bertempat di balai desa besito. Kami mengundang kelompok black metal yang personilnya antara lain alex, arik, udin dan lainnya saya lupa. Untuk ikut meramaikan acara ulang tahun kelompok kami. Acara digelar selama sehari semalam. Pagi hingga sore adalah teater dan musik, saat itu kami juga mengundang beberapa group aliran pop rock juga. Jadi pentas berseling antara band dan teater, sangat bervariatif dan saling mendukung. Malamnya juga masih ada pertunjukan teater lagi serta diskusi budaya. Bisa dibilang acara itu sangat sukses. Dan aman.
Setelah itu, beberapa teman dari underground merasa aliran musiknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Tapi masih ragu untuk membikin acara sendiri. Akhirnya mereka mengajak kerjasama kembali untuk membikin acara kolaborasi musik underground dan teater secara terbuka (terbuka disini maksudnya bukan di tempat terbuka, tapi terbuka untuk masyarakat umum).. dan ingin supaya seluruh komunitas underground di Kudus dapat terlibat. Waktu itu Kudus ada KGM. Kami sangat gembira, akhirnya kami bentuk panitia bersama dan aku sebagai ketua, saat itu orang-orang dari underground di kudus masih belum berpengalaman dalam membikin acara yang sifatnya terbuka, dengan mengajak kerjasama berbagai pihak untuk mendukung perijinan dan juga masalah dana. Acara digelar di balai desa besito kembali, kali ini pentas tidak berselang, tapi dibuat pagi hingga sore adalah musik underground dan malam teater. Semua saling bahu membahu, masing-masing kelompok iuran untuk menambah anggaran. Sangat ramai dan penonton memadati gedung hingga ada juga yang tidak dapat m%@!#$&k. Mereka agak kaget juga mendengar jenis musik yang seperti itu. Tapi mereka senang, apalagi saat itu yang mengisi bukan hanya dari satu jenis aliran musik underground saja, tapi hampir semua, saat itu mereka sangat kompak. Jadi penonton disuguhi sesuatu yang baru dan berfariatif, apalagi juga disajikan dengan tata cahaya yang artistik. Acara berjalan lancar dan aman, walaupun ada insiden papan struktur organisasi desa yang pecah, namun itu terjadi karena kecelakaan bukan kerusuhan.
Kolaborasi berlanjut lagi, lebih besar dan tempat di alihkan di gedung pemuda jalan A. Yani, yang sekarang jadi pusat pertokoan. Dan ketua panitia ganti di hendel dari pihak KGM. Aku masih tetap memantau kerja panitia. Sayang juga gedung itu dibongkar, karena sangat bagus dari segi akustiknya dan cahaya, serta menyimpan banyak kenangan. Saat itu komunitas underground di kudus semakin menunjukkan eksistensinya.
Begitulah prosesnya dan makin lama komunitas underground sudah mulai mandiri dan tidak ragu lagi membikin acara parade yang sifatnya terbuka untuk umum. Saat itu underground di kudus sangat kompak, berbagai aliran tumplek blek dalam satu event. Teater Kuncup Mekar dan Underground kudus tetap saling bantu dan mendukung dalam setiap acara yang digelar masing-masing. Pernah juga lo kami main di salah satu acara? kami membawakan musik salah satu genre underground, walaupun kami ada yang tidak punya basic sama sekali terhadap alat-alat musik. Yah.. akhirnya jadilah irama yang tidak karuan.. tapi asyik juga.
Aku pernah berbincang kepada beberapa teman underground untuk kolaborasi lagi. Tapi aku tidak mau kolaborasi itu hanya sebatas penyelenggaraan event saja. Aku mau kolaborasi ini meningkat kepada pengkaryaan. Aku ingin mengadakan pertunjukan selama minimal 3 jam dengan musik underground digabung teater. Jadi performen betul-betul kita garap secara teatrikal dengan melibatkan personel underground dan teater. Pertunjukan itu dalam satu alur cerita. Dulu N. Riantiarno pernah bikin Rock Opera, jadi aku pingin bikin Underground Opera, atau apalah? sebenarnya ide itu aku lemparkan sebelum Rock Opera. Jadi sayang juga udah keduluan. Sampai sekarangpun harapanku itu belum kesampaian, perlu kerjasama yang intens untuk mewujudkan karya itu. Tapi pasti akan sangat menarik. Ayo gimana apa kalian udah siap.. ?.

Kamu sekarang kan di Jakarta, denger-denger magang ya di Teater Koma? Hal apa yang membuat kamu tertarik dengan mereka, apa yang dapat kamu petik hubungannya dengan teater ini? gimana dengan Kuncup Mekar selagi kamu tinggalkan dan rencana kedepannya?
Ya aku ikut dalam produksi lakon Kunjungan Cinta, adaptasi oleh N. Riantiarno dari Kunjungan Nyonya Tua karya frederich Durrentmart. Disana aku ada di assisten manajer panggung. Aku tertarik di teater koma karena saat ini kelompok itulah yang paling besar di Indonesia. Dengan rekor pertunjukan yang digelar selalu lebih dari 2 minggu dengan penonton yang selalu penuh memadati gedung. Aku ingin tahu bagaimana sistem kerja mereka, sehingga bisa sukses.
Dan setelah berada di teater koma betul-betul aku menyatakan salut atas totalitas anggota-anggotanya dalam berterater. Contoh kecil saja, rata-rata rumah personil teater koma dengan sanggar tempat latihan berjarak 1,5 jam, bahkan ada yang tiap hari bolak balik bogor Bintaro untuk latihan teater. Itu mereka lakukan tap hari dari senin sampai jumat, dan proses latihan lakon Kunjungan Cinta adalah selama 6 bulan, coba bayangkan betapa hebatnya mereka. Tiap hari mereka latihan rata-rata 5 jam.
Kesungguhan mereka yang patut kita tiru. Mereka betul-betul mencin%@!#$& teater. Memang teater Koma mendapatkan income yang besar. Tapi dikurangi dari biaya selama latihan, biaya produksi dan pemenuhan kebutuhan artistik, sisa uang yang dibagi tidak mungkin mampu mengganti biaya pribadi selama mereka berproses. Tapi mereka tetap enjoy dan bertahan selama 30 tahun. Aku banyak belajar dari N. Riantiarno dan ratna Riantiarno sebagai motor Teater Koma, mereka hebat dan begitu tulus dalam menghidupi teater. Mereka mencurahkan hidupnya untuk berkarya dan membesarkan kelompoknya. Padahal, Andai saja mereka tidak terjebak dalam kehidupan teater, pasti mereka sudah kaya raya.. ha.. ha?bercanda..
Selama aku tinggal, Kuncup Mekar tetap berproses, teman-teman tidak bergantung sepenuhnya kepadaku. Terakhir mereka mengadakan workhsop tanpa aku. Selama ini aku sudah melatih mereka untuk mandiri. Komunikasi tetap berjalan via Hp. Jadi kalau ada masalah, kami selalu berkomunikasi untuk memecahkannya.
Ke depan aku ingin Kuncup Mekar semakin eksis dan produktif. Aku ingin supaya teater Kuncup Mekar menjadi tempat bagi generasi muda di Kudus dan sekitarnya untuk menyalurkan gagasan kreatif dan juga hobi mereka dalam berteater. Aku tidak ingin pergi lama-lama, karena aku ingin berkarya dari Kudus. banyak hal yang bisa kita lakukan di sini. Hanya perlu membangun lebih banyak jaringan dan mencari referensi sebanyak-banyaknya supaya kita tidak tertinggal dari mereka yang ada di kota-kota besar.

Minat anak muda Kudus terhadap seni teater ini? Bagaimana menurutmu dengan iklim perteateran yang ada di Kudus saat ini? Bagaimana juga Masa depan teater di Kudus kedepannya?
Anak muda di kudus banyak yang m%@!#$&k ke teater, baik sekolah maupun umum. Namun keseriusan mereka kadang masih butuh ditingkatkan kembali. Apalagi sekarang ini kita banyak disuguhi dengan budaya pop yang menjanjikan popularitas. Sehingga banyak anak muda yang terjebak hingga memburunya, padahal semua itu hanya instan. Sekarang ini aku melihat adanya perbedaan antara hiburan yang hanya sekedar hiburan dan hiburan yang juga mengandung nilai-nilai seni. Aku tidak mengada-ada, sekarang ini kesenian dan hiburan terasa sangat terpisah. Untuk soal ini sementara kalian fikir dan renungkanlah. Suatu saat kita bisa bicara lagi soal ini.
Butuh kerja keras kalau ingin mencapai sukses. Entahlah .. saat ini kita selalu menilai keberhasilan seseorang adalah dari sisi materi. Memang materi sangat penting, tapi kita harus mampu menggunakannya secara artistik dan memiliki nilai seni yang tinggi, hingga penggunaan materi itu tidak merugikan orang lain. Untuk mencapai itu kita harus belajar mengolah rasa kita. Dan dalam kesenian memungkinkan semua itu. Maka saya berharap supaya anak muda di Kudus mulai aktif di jalur-jalur kesenian yang disenangi, menggali tradisi masyarakat yang saat ini mulai punah, dan berproses kreatif untuk mencipta karya. Ada banyak kekayaan tradisi bangsa ini yang masih bisa dieksplorasi lagi sehingga akan menciptakan keunikan-keunikan yang baru.
Ada banyak kelompok Teater di Kudus, tapi pasang surut dalam perkembangannya. Dan kalau jujur semuanya berpangkal pada masalah keuangan. Minimnya perhatian pemerintah adalah masalah yang terbesar. Memang kita harus mandiri tapi peran serta dan bimbingan dari pemerintah harus terus dilakukan. Prosesnya seperti creatif industri yang pernah dimuat dalam edisi kemarin. Aku juga kadang heran dengan pemerintahan kita, entah apa yang diprioritaskan. Banyak kejadian yang buruk terjadi di negara ini, dan semua bersumber dari kekeliruan-kekeliruan kebijakan yang mereka buat. Banjir di jakarta adalah contoh kecil dari akumulasi kebijakan yang tidak memikirkan dampak jangka panjang. Tapi bukan hanya pemerintah sebenarnya yang salah. Kita sebagai warga juga banyak membuat kekeliruan. Kadang masyarakat malas untuk menambah ilmu pengetahuan dan skill individunya. Jadi akhirnya gampang dibodohi dan dibohongi. Dan yang paling parah, kadang masyarakat begitu gampang melepaskan lahan pemukimannya untuk dijual dan akhirnya dijadikan kompleks real estate. Lalu mereka dengan uang hasil penjualan lahannya itu pindah ke pinggiran-pinggiran kota yang rawan banjir.
Masa depan teater di Kudus belum menunjukkan iklim yang menggembirakan. Masih banyak hal yang harus dikerjakan. Proses kreatif harus lebih ditingkatkan. Kerjasama antar komunitas juga harus lebih intens lagi. Pengenalan teater kepada masyarakat umum juga harus lebih gencar lagi. Perlu kerjasama yang baik antara komunitas kesenian dan lembaga pemerintahan. Kita harus duduk bersama membahas masalah ini. Ini penting dan harus segera disadari. Karena kesenian sangat berperan dalam membangun budaya dalam mayarakat. Seniman adalah kreator, dan dari tangannya banyak tercipta sesuatu yang akhirnya menjadi trend dan banyak merubah pola hidup masyarakat. Dari pada masyarakat mengikuti trend luar negeri yang belum tentu sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia, kan lebih baik pemerintah melakukan kebijakan yang dapat membantu kemajuan seniman dari negeri sendiri. Selama ini masyarakat Indonesia lebih banyak mengikuti trend eropa dan Amerika karena memang banyak keunikan-keunikan baru yang terus tercipta dan dipublikasikan secara hebat, dan semua itu adalah hasil kreatifitas dari para seniman di sana, dan seniman di sana sudah mampu bekerjasama secara profesional dengan kalangan pemilik modal. Masyarakat di sanapun sangat memiliki daya apresiasi yang tinggi terhadap kesenian. Jadi mana yang memang karya itu bagus, maka itulah yang akan jadi trend dan diburu masyarakat, dan semuanya mendapat keuntungan dari berbagai sisi. Itu yang masih sulit dilakukan di sini. Ruang kreatifitas masih sangat sempit. Entah siapa yang salah. Mungkin kita harus lebih banyak mengkaji dan merenungi hal ini, sehingga suatu saat kita menemukan formula yang cocok untuk mengembangkan kesenian di Indonesia. Pokoknya jangan ada pihak yang takut. Tidak ada kok seniman yang mengajak untuk sesat. Betul nggak ..?

Ceritakan dong tentang lakon ?Buku Harian Mami Hooker? yang pernah kalian mainkan?? Gimana respon penontonnya pas liat lakon ini?
?Buku Harian Mami Hooker? adalah salah satu karya kami, naskah saya tulis sendiri dan juga saya sutradarai sendiri. Naskah ini menceritakan tentang para pelacur yang memiliki gejolak batin dan cita-cita. Mereka adalah manusia seperti kita. Aku tidak mengangkat bagaimana kehidupan sosial mereka, namun lebih kedalam pergulatan batin mereka. Lakon ini dikemas komedi tragedi. Dipentaskan keliling kota, Demak, Jepara, Semarang, Solo, Pati dan Kudus. Konsep pertunjukan sangat terbuka antara panggung dan penonton. Kami membiarkan interaksi terjadi, kami mengajak penonton untuk bermain dan ikut aktif dalam pertunjukan. Dibutuhkan kemampuan improvisasi dan daya spontanitas yang tinggi. Sebenarnya konsep seperti ini lebih sulit.
Tanggapan penonton sangat positif, mereka menganggap kami berhasil memadukan antara ludruk dan kentrung. Dan setiap pertunjukan selalu dipenuhi penonton. Mereka menganggap ini adalah warna teater Kuncup Mekar. Padahal tidak, ini hanya salah satu pilihan. Setelah itu kami juga menggarap lakon-lakon lain yang punya warna berbeda. Dan aku bersyukur bahwa penonton juga tetap penuh.
Pas lihat pertunjukan itu mereka tertawa, kadang memaki, juga sedih. Dua jam mereka ikut bermain hingga energi yang mereka keluarkan juga besar, tapi mereka tidak beranjak sampai pertunjukan usai. Aku tak tahu apakah memang seperti itu respon kita dalam melihat dan merespon realitas batin orang lain?. aku hanya berharap semoga mereka ikut merasakan dan akhirnya mempunyai kepedulian terhadap orang lain. Tapi semua aku kembalikan lagi pada kapasitas masing-masing penonton dalam menangkap apa yang terjadi di panggung..

Sepertinya kalian kebanyakan mainin lakon bertemakan rakyat kecil dan tema sosial politik lainnya ? apakah kalian cenderung kekiri-kirian??
Kami sering mementaskan lakon dengan tema pemberontakan sosial maupun eksistensi. Tapi tentu konsep kami berbeda dengan komunitas lain. Seperti dalam sebuah adegan di lakon ?Deru Debu?, tiba tiba penonton mentertawakan sosok pahlawan yang kami hadirkan. Mungkin sosok itu salah, tapi aku ingin menyampaikan bahwa saat ini generasi muda sangat minim ajaran ajaran tentang sikap kepahlawanan. secara teori mungkin banyak di ajarkan di sekolah-sekolah, tapi dalam realitas yang sering kita temui adalah sikap-sikap koruptif, kapitalis, penghianat dan sifat buruk lainnya. Bahkan kebanggaan sebagai warga Indonesia kadang terkikis. Aku tidak bohong, coba saja lihat betapa carut marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Kerusuhan sesama warga, saling hujat, saling tuding, itu semua menjadi tontonan sehari hari bagi kita. Entah apa yang akan kita dapat seandainya hal itu terus berlanjut.
Kekiri-kirian? Entahlah. Kami nggak perduli digolongkan sebagai apa. Yang penting kami melakukan semua dengan penuh rasa tanggung jawab, sebagai respon dari pengamatan dan observasi kami terhadap kondisi sosial yang terjadi disekitar kami.

Dulu kamu juga aktif di serikat buruh, turut serta dalam seminar-seminar perburuhan, bagaimana dengan aktifitas tersebut sekarang, apakah masih aktif? Gimana pendapat kamu mengenai kondisi buruh saat ini di Kudus khususnya? tanggapanmu mengenai kebijakan pemerintah terhadap kondisi buruh saat ini? Apa yang harus dilakukan buat buruh-buruh di Indonesia?
Aku masih aktif, Cuma sekarang kita harus lebih menemukan cara yang tepat untuk menyalurkan pemikiran-pemikiran tentang perburuhan. Penyadaran terhadap pemikiran kaum buruh untuk lebih mengerti tentang hak dan kewajibannya, serta kesadaran untuk meningkatkan skill pekerja di Indonesia sangat perlu diperhatikan.
Kondisi buruh di Kudus sama dengan yang ada di daerah lain di Indonesia. Standar penetapan upah yang masih rancu, serta hak-hak yang terus di pangkas sedikit demi sedikit merupakan masalah yang besar dan sangat merugikan buruh. Aku sempat berfikir seandainya penetapan upah pekerja di dasarkan pada produktifitas masing-masing perusahaan, tentu akan lebih baik. Jadi buruhpun ikut merasa memiliki dan berusaha sekeras-kerasnya demi kemajuan perusahaan. Tapi tentu harus ada keberanian dari masing-masing pihak untuk mau bersikap terbuka. Pertanggung jawaban keuangan perusahaan yang jujur, perlindungan pemerintah dan pembinaan terhadap masing-masing pihak sangat dibutuhkan. Aku yakin seandainya sistem komunikasi tidak macet, pasti semua akan mau menerima konsekwensi dengan besar hati. Masalah terbesar di negeri ini adalah sistem komunikasi yang kurang terbuka dan sering terjadi miss.
Untuk buruh, sebaiknya semakin meningkatkan pengetahuan dan skill nya, supaya tidak mudah dibohongi dan dibodohi, juga dapat meningkatkan nilai bargaining dengan perusahaan. Buruh harus berani mengkomunikasikan permasalahannya kepada pihak perusahaan. Perserikatan buruh tetap merupakan tempat yang baik dalam menyalurkan pemikiran-pemikiran buruh. Tapi harus jeli dalam memilih perserikatan mana yang memang betul-betul memperjuangkan hak-hak buruh.
Tapi permasalahan buruh bukan sesuatu yang mudah untuk dipecahkan. Semakin membengkaknya jumlah penduduk siap kerja tidak diimbangi dengan pembukaan lapangan kerja yang lebih luas. Apa yang terjadi terhadap buruh adalah bagian kecil dari permasalahan sosial bangsa ini. Tidak hanya buruh, ada juga pihak pengusaha yang merasa dirugikan dari sisi tertentu. Semua harus berfikir jernih kalau ingin memperbaiki kondisi bangsa indonesia ini. Bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang penuh semangat kekeluargaan dan gotongroyong, serta mufakat dalam mencari keputusan. Itu saja yang harus kita kembalikan dalam diri masing-masing warga. Memang ada oknum yang suka mencari keuntungan untuk kepentingan pribadi, tapi pasti masih banyak orang-orang yang mempunyai itikad baik, mereka yang harus kita cari dan temukan. Jadi jalan satu-satunya adalah membangun komunikasi dengan berbagai pihak untuk menyatukan visi dan misi tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Masih banyak kok orang-orang baik? mari kita kerjasama dan bergotong-royong.

Mari kita ngobrol ke wilayah sektoral. Kamu masih Atheis? Jika ya apa yang membuat kamu menikmati hal yang dimasyarakat kita dianggap ?tabu? ini? Terus apa pandanganmu sendiri mengenai Agama, Moral dan Tuhan ?
Aku term%@!#$&k orang yang suka mempertanyakan segala hal. Terkadang itu membuat aku merasa menjadi gila. Bahkan tidak hanya permasalahan sosial, aku juga mempertanyakan apa yang diinginkan Tuhan sehingga menciptakan alam semesta kalau hanya menjadikan keruwetan. Apakah Dia hanya sekedar butuh hiburan saja? Sehingga selalu menciptakan kesulitan-kesulitan yang kadang membikin manusia menangis, bertengkar dan saling menghianati? Apa maksud Nya? Dan ketika Adam dan Hawa memakan buah Khuldi, maka yang dituding melakukan godaan adalah setan, lalu siapa yang menggoda setan atau apakah ada yang menyuruhnya? Itu membuat aku berfikir bahwa kenapa harus diciptakan kehidupan? Dan berbagai masalah lain yang selalu berkobar-kobar dalam pemikiranku. Entahlah, kadang aku merasa iri kepada orang lain yang tidak mempermasalahkan semua itu, aku merasa menjadi tidak normal. Tapi aku terus mencari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalaku.. aku bongkar kembali doktrin-doktrin yang mengisi otakku, satu persatu .
Itu masa lalu ketika aku masih remaja, saat itu Semua terasa sangat berat, dan setiap orang mencemooh pertanyaanku. Aku berjuang untuk menemukan berbagai jawaban yang aku butuhkan. Dan sekarang semuanya itu adalah masa lalu yang indah bagiku. Aku tidak menyesalinya, semuanya bagian dari proses perjalanan religiku. Dan sekarang justru aku menemukan banyak hal. Dan saat ini aku percaya penuh tentang kekuasaan Tuhan, Keadilan-Nya. Agama mengajarkan kebaikan, keharmonisan, dan dalam kitab-kitab suci agama memuat berbagai jawaban atas persoalan yang terjadi dalam kehidupan. Tergantung sejauh mana kita mampu membedahnya hingga akhirnya menemukan jawabannya. Kadang orang hanya terjebak dari apa makna yang tersurat saja, tapi tidak menggali esensi serta apa makna yang tersirat di dalamnya. Orang menganggap bahwa agama hanyalah surga dan neraka, padahal surga itu apa dan neraka itu yang mana, kita harus terus mempelajarinya.
Aku selalu mengingatkan teman-temanku, seandainya kita sebagai individu dalam kondisi psikologis dengan kemampuan mengendalikan emosi yang seperti ini, daya reaksi spontan dalam merespon kejadian di sekitar yang seperti sekarang ini, kapasitas kejiwaan yang seperti ini. Apakah seandainya kita hidup di masa nabi Muhammad, kita adalah term%@!#$&k orang yang menyetujui ajaran beliau? Atau ketika kita hidup dalam masa Yesus, apakah kita term%@!#$&k orang-orang yang akan membelanya saat dia disalib? Itu selalu harus kita renungkan. Jangan berfikir bahwa ketika kita sudah beragama lalu merasa sudah puas.
Tentang Tuhan? Sebaiknya aku tidak perlu menjelaskan pemahamanku disini. Keimanan seseorang sangat relatif antara yang satu dan yang lain. Yang penting lakukanlah apa yang kamu yakini. Dan terus tingkatkan imanmu. ..

Bagaimana menurutmu mengenai bentuk kekerasan yang bersentuhan dengan isu agama yang masih sering terjadi di negara kita yang katanya negara relijius ini?
Semua agama mengajarkan kebaikan, seperti yang aku katakan di atas. Berperang adalah hanya untuk membela diri. Lagipula negara ini kan sudah ada lembaga hukum serta keamanan yang bertugas untuk menjaga kstabilan dalam kehidupan bermasyarakat. Itu saja yang harus dimaksimalkan peranannya. Lagi-lagi peran pemerintah yang dibutuhkan. Jadi tugas orang yang duduk di pemerintahan memang berat. Seharusnya kita tuh takut untuk duduk di dalamnya, ada banyak tugas dan tanggung jawab. Bukan malah rebutan kekuasaan seperti sekarang ini. Pakai money politic segala. Masyarakat juga ada yang kadang mau-maunya menerima.
Kadang yang paling membuat aku takut adalah ketika aku terjebak kepada rasa fanatik terhadap sesuatu. Semoga aku tidak mengalaminya dan selalu dibukakan hati dan pikiranku untuk menerima m%@!#$&kan dari pihak luar, dan selalu menerima perbedaan yang ada, lalu saling memahami dan bekerjasama.

Fakta bahwa bangsa kita ini memang heterogen baik itu suku, keyakinan, bahasa dan lainnya, hal tersebut pun syah diakui Negara, tapi dalam kenyataanya masih banyak kita jumpai bentuk penyeragaman pandangan [homogenisasi], munculnya konflik akibat nilai, pemikiran yang menghegemoni menindas yang berseberangan atau yang cenderung minoritas. apa tanggapanmu mengenai hal tersebut?
Negara Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku, agama, dan ras yang beraneka ragam. Itu sudah ada jauh sebelum terbentuknya negara Indonesia. Bahkan dalam teks Sumpah Pemuda di akui hal itu. Jadi itu harus disadari betul oleh masing-masing pihak. Tidak mungkin saling memaksakan kepentingan masing-masing golongan. Pasti akan terjadi benturan. Juga tidak mungkin diadakan penyeragaman pandangan, masing masing daerah memiliki tradisi yang berbeda. Sebenarnya paling tepat adalah justru kita harus kembali menggali nilai-nilai tradisi masing-masing. Lalu mengeksplorasi sesuai dengan cita rasa kita yang terus berkembang. Setelah itu kita komunikasikan perbedaan itu, sehingga saling menyempurnakan antara satu dengan yang lain.
Hanya hukum rimba yang menyatakan siapa yang kuat dia yang menang. Dan itu hanya berlaku bagi para hewan. Kita sebagai manusia justru yang kuat harus melindungi yang lemah.


Bagaimana dengan kamu sendiri, apabila kamu mempunyai argumen atau keyakinan yang personally hal itu adalah sebuah kebenaran buat kamu tapi apabila dihadapkan dengan persepsi masyarakat yang berkembang [mainstream], argumen/keyakinan yang kamu ambil ini gak bisa dikompromikan dan merupakan suatu kekeliruan, salah dan tendensius menyesatkan. Bagaimana kamu menanggapi hal tersebut?
Aku sering mengalami hal tersebut. Kadang memang susah. Tapi aku juga harus menyadari bahwa apa yang sudah difahami masyarakat secara umum akan menjadi suatu tradisi yang sulit untuk dirubah. Dan aku tidak mau merubahnya secara frontal. Aku harus bekerja keras dan membuktikan secara laku, bahwa apa yang menjadi pemikiranku dapat menjadi m%@!#$&kan yang positif dalam masyarakat. Aku tidak akan melakukan cara-cara yang mengarahkan pada pemaksaan. Pasti ada kok cara yang lebih indah dan artistik. Aku selalu berusaha mencarinya.
Contohnya sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran Islam tidak lewat kekerasan. Tapi dia mempelajari budaya masyarakatnya, lalu mem%@!#$&kkan unsur-unsur Islam ke dalamnya, salah satu contoh adalah di bidang kesenian. Dia mampu menemukan cara memadukan kesenian tradisi masyarakat dengan ajaran Islam sehingga menciptakan satu bentuk yang baru sehingga masyarakat pada waktu itu menjadi tertarik, dan mengapresiasinya, lalu mempelajarinya. Itu salah satu contoh yang harus kita tiru.

Hal apa yang akan kamu lakukan apabila masyarakat yang berbeda pandangan dengan kamu gak bisa menemukan titik temu apalagi kompromi, malahan mereka cenderung represif terhadap kamu yang nota bene mempertahankan argumen kamu ini.
Semoga hal itu tidak terjadi padaku. Tapi aku akan menghindari perdebatan negatif yang tidak membangun. Oleh karena itulah aku jarang sekali mengungkapkan pemikiranku lewat omongan. Kecuali memang itu forum diskusi, atau dengan orang-orang yang memang sudah aku tahu mempunyai pemikiran yang terbuka, salah satu contoh Unbound ini. Aku lebih suka mengungkapkan gagasan-gagasanku lewat pengkaryaan, karena hasilnya lebih artistik. Kalau hal itu juga masih ada yang bertindak represif, tentunya harus kita lawan.

Last, tolong kasih informasi kedepannya, apa yang akan kamu kerjakan berkaitan dengan teater ini? Good luck, thanks dan kasih pesan buat pembaca Unbound.
Aku dan teman-teman lagi proses sebuah lakon yang judulnya masih belum aku publikasikan. Tunggu saja hasilnya. Dan aku juga ingin supaya masyarakat kesenian terutama generasi muda saling bekerjasama dan saling tukar informasi. Kerja-kerja kolaborasi masih sangat efektif untuk dilakukan. Aku ingin supaya masyarakat lebih memperhatikan dan terlibat dalam proses berkesenian. Kesenian apa saja yang mereka sukai, karena kesenian mampu mengolah rasa kita supaya lebih peka.
Dan buat pembaca unbound, informasikan saja majalah ini kepada teman-teman lain yang belum mengetahuinya. Aku kira majalah ini sangat bagus dan sangat cocok buat generasi muda yang ingin meningkatkan pengetahuan. Pokoknya suatu saat aku ingin ada trend di kalangan remaja Kudus, bahwa mereka yang belum membaca majalah ini adalah orang-orang yang ketinggalan jaman. He .. he ..he

Alamat sekretariat Teater Kuncup Mekar
Adi Pardianto
Besito, Rt : 01 / Rw: 05, no : 10
Kecamatan gebog, Kudus. 59354
Phone : 085640792898, email : rasio313@yahoo.com

AGENDA

La Luna di Bleu Lounge

SEMARANG-Grup musik yang cenderung mengusung lagu-lagu berirama jazzy bakal hadir di Bleu Lounge, Jl Gajahmada 99E, Jumat (24/8) malam ini. Mereka tampil sebagai bintang tamu untuk memeriahkan acara Zero to Bintang yang menampilkan lima finalis festival band tersebut.

"Zero to Bintang adalah festival band yang babak penyisihannya telah dilakukan di radio-radio di berbagai kota. Untuk Semarang, lima finalis akan disaring dalam audisi yang digelar di Bleu Lounge dan hanya diambil satu band untuk berangkat ke Jakarta," ungkap Adi, salah seorang staf tempat hiburan tersebut. Acara yang bakal dimulai pukul 21.00 itu juga dimeriahkan oleh Bleu Girls Community. (D18-45)

Pameran Karikatur Joko Susilo

SEMARANG-Kartunis Suara Merdeka Joko Susilo akan memamerkan karyanya di ruang Dekanat FBS Unnes, Sekaran, Gunungpati, 24-25 Agustus. Pameran bertajuk "Wajah Karikatural Politikus Terkenal" tersebut dibuka hari ini pukul 07:30. Sebanyak 16 karya karikatur dipresentasikan dan 14 di antaranya pernah dipublikasikan di Suara Merdeka. Pameran merupakan prasyarat kelulusan Joko sebagai mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual FBS Unnes. (H6-45)

Pentas Trotoar Hysteria

SEMARANG- Komunitas Hysteria Semarang akan menyelenggarakan perhelatan bertajuk "Mengembalikan Seni ke Trotoarnya". Acara dilaksanakan di Gerobak Art, Jl Atmodirono (Sebelah utara BPLP), Kamis (30/8), pukul 19:00-23:00. Beragam kesenian ditampilkan, antara lain baca puisi, seni performans, musik, costume art, dan pameran seni rupa darurat. Bertindak sebagai penyaji adalah Catdog Communitart, Teater Emka, Teater Sangkur Timur, Anjing Gladak, Teater Sawo Kecik, Balikkanan, Byar Creativindo, Seto Kroncong, dan Orenjichuu. (H6-45)

KRONIK


Paramesthi "Mbalekke Banyu"

SEMARANG - Sanggar Seni Paramesthi menggelar acara "Mbalekke Banyu", 30 - 31 Desember 2005. Pertunjukan seni yang mengangkat isu tentang air di perkotaan itu sekaligus sebagai acara tutup tahun 2005.

Hari pertama, Jumat (30/12), tampil monolog Teater Satu Indonesia Unnes, seni instalasi Imam Bucah, Santo (Jakarta), dan Seni Rupa Unnes. Juga performance art Sangkur Timur Unnes, tari UKM KJ Undip, Sri Paminto, dan Sanggar Serabi Gunung Brintik, serta musik Komunitas BSJ.

Pada hari kedua, Sabtu (31/12), tampil performance art Imam Bucah, Santo, Emka, serta pembacaan puisi atau geguritan oleh Widyartono R, Kelana, Adieet Kaliksanan, Wiwin, Indah Lenong, dan Filipus Bagus KWM. Tampil pula musik banyu oleh Agung Wibowo dan Sanggar Paramesthi, musik Sego Rames dan Sanggar Serabi, serta ritual banyu Sanggar Paramesthi.

Menurut panitia, Daniel Hakiki, acara untuk umum itu dimulai pukul 20.00 di joglo Unnes, Jalan Kelud Raya 2. Dia mengharapkan penonton membawa air, baik air dari tubuh, air bersih, maupun air kotor, sebagai media ritual banyu menjelang tutup tahun 2005. (gbs-43)

Senin, 17 Maret 2008

Profil Fakkultas Bahasa dan Seni UNNES

profil fakultas bahasa dan seni
Situs Profil Fakultas Bahasa dan Seni ini disusun sebagai salah satu pegangan civitas academica FBS. Situs ini terdiri atas enam bagian pokok. Bagian pertama menyajikan informasi mengenai kilasan sejarah FBS. Bagian dua menyajikan Informasi mengenai visi, misi, dan tujuan FBS. Selanjutnya, bagian tiga berisi paparan mengenai program kerja FBS sebagai penjabaran visi, misi, dan tujuan FBS. Bagian ini disusul dengan paparan mengenai manajemen FBS. Bagian berikutnya berisi deskripsi singkat mengenai fasilitas yang dimiliki FBS. Selanjutnya, bagian enam berisi paparan mengenai keenam jurusan yang berada di bawah naungan FBS. Jurusan yang dimaksud ialah Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Daerah Jawa, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa dan Sastra Asing, Seni Rupa, dan Seni Drama Tari Musik (Sendratasik). Dengan sajian seperti itu situs ini akan menjadi panduan bagi kita semua dalam mengembangkan diri mencapai tujuan yang telah kita gariskan bersama.

http://fbs.unnes.ac.id/v1/?i=gWsXp5Mj4FH76i5pCjAB0M%2BYLJ167X5b95ACiNAyn4o%3D

Selasa, 11 Maret 2008

salam perubahan,

salam pembaharuan teman-teman yang sampai hari ini mau bergelut dengan teater. kembngkan aja terus potensi kalian.